Percabulan dan Pengudusan Anda

1 Tesalonika 4:3

Senin, 15 Januari 2024

John MacArthur

 

Berikut ini adalah kutipan dari Tafsiran Perjanjian Baru MacArthur mengenai Surat 1 Tesalonika 4.

Karena inilah kehendak Allah: Pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan (1 Tes. 4:3, PBTB2)

Kehendak Tuhan bagi orang Kristen terkait dengan perilaku seksual yang tepat sudah cukup jelas, yaitu dengan menjauhi percabulan. Kata penghubung karena menghubungkan perintah ini dengan nasihatnya Paulus yang sebelumnya yaitu supaya jemaat Tesalonika berusaha lebih bersungguh-sungguh lagi (4:1-2). Paulus sudah mengetahui bahwa para pembaca [surat]nya ingin melakukan kehendak Tuhan (lih. 1:3-10). Namun, ia juga menyadari bahwa mereka perlu mengetahui secara lebih spesifik mengenai apa saja yang tercakup dalam kehendak Tuhan itu.

Mengingat budaya yang permisif di Tesalonika, Paulus menganggap menjauhkan diri dari percabulan sebagai prioritas pertama dalam usaha jemaat Tesalonika mengejar pengudusan. Seperti yang telah dibahas, setiap jenis dosa seksual telah merajalela di Tesalonika dan sekitarnya, sehingga Paulus secara khusus merasa khawatir jemaat Tesalonika dapat dengan mudah terjatuh kembali ke dalam kebiasaan lama mereka. Maka, ia memberi perintah yang bersifat langsung dan tidak rumit kepada mereka untuk menjauhkan diri dari percabulan. Menjauhi artinya berpantang sepenuhnya, dalam hal ini, menjauhi sama sekali pemikiran atau perilaku apa pun yang melanggar prinsip Firman Tuhan dan yang mengakibatkan timbulnya dosa seksual. Percabulan ( porneias ) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan segala bentuk perilaku seksual yang terlarang (Yoh. 8:41; Kis. 15:20, 29; 21:25; 1 Kor. 5:1; 6:13, 18; 2 Kor. 12:21; Gal. 5:19; Efe. 5:3; Kol. 3:5; Why. 2:21; 9:21). Aktivitas seksual apa pun yang menyimpang dari hubungan monogami antara suami dan istri adalah tindakan yang tidak bermoral menurut standar Tuhan. Tuhan memberkati hubungan seksual dalam perkawinan: “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur” (Ibr. 13:4a, PBTB2). Namun, Tuhan tidak senang dengan aktivitas seksual apa pun di luar itu: “sebab Allah akan menghakimi orang-orang sundal dan pezina” (Ibr. 13:4b, PBTB2; lih. Rom. 1:24–32; 2:2).

Ajaran Paulus yang diilhami oleh Roh terkait dengan moralitas seksual begitu ketat dan menuntut, tidak hanya mencakup tindakan percabulan secara fisik, tetapi seperti yang diilustrasikan oleh pengajaran Paulus selanjutnya kepada jemaat di Efesus dan Kolose:

Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus (Efe. 5:3, PBTB2).

Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah… Karena itu, matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala (Kol. 3:3, 5, PBTB2).

Dalam kedua ayat tersebut, kecemaran berasal dari kata Yunani yang sama, yang maknanya melampaui tindakan dosa seksual, hingga mencakup pikiran dan niat yang tidak baik. Penggunaan kata kecemaran tersebut, bersama dengan maksud umum peringatan Paulus terhadap percabulan, membuat Paulus sepenuhnya sepakat dengan ajaran Yesus mengenai dosa seksual: “Kamu telah mendengar yang difirmankan: Jangan berzina. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya.” (Mat. 5:27–28; lih. 15:19; Mar. 7:21–22). Menjauh secara total dari dosa seksual merupakan kewajiban yang paling penting bagi setiap orang percaya (Kel. 20:14; Kis. 15:20; Rom. 13:13; 1 Kor. 6:15–18; Gal. 5:19–21; Efe. 5:5–6; Kol. 3:5; lih. Kej. 39:7–10; 1 Kor. 5:11; 1 Pet. 4:3).

Kitab Suci menjelaskan bahwa orang-orang yang biasa melakukan percabulan menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang Kristen: “Atau tidak tahukah kamu bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?  Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, pezina, laki-laki yang bersetubuh dengan sesama jenisnya, pasangan orang yang berbuat demikian, pencuri, orang tamak, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” (1 Kor. 6:9-10, PBTB2; lih. Gal. 5:19–21; Why. 21:8; 22:15). Namun, pasal yang sama dalam Surat 1 Korintus juga menunjukkan bahwa orang percaya kadang-kadang masih [mungkin untuk] melakukan dosa seksual:

Tidak tahukah kamu bahwa tubuh kamu semua adalah anggota Kristus? Jadi, akan kuambilkah anggota Kristus dan menjadikannya anggota tubuh pelacur?  Sekali-kali tidak!  Atau tidak tahukah kamu bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia?  Sebab, demikianlah kata nas: “Keduanya akan menjadi satu daging.” Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.  Jauhkanlah dirimu dari percabulan!  Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.  Atau tidak tahukah kamu bahwa tubuh kamu semua adalah bait Roh Kudus yang tinggal di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1 Kor. 6:15–20, PBTB2).

Si rasul merasa prihatin jemaat Korintus yang baru belum sepenuhnya meninggalkan perbuatan yang semacam itu. Situasi di Korintus, tempat Paulus berada ketika ia menulis surat Tesalonika ini, jelas telah menunjukkan bahayanya dosa seksual dan memotivasi peringatan Paulus kepada jemaat Tesalonika. Maka, perintahnya [Paulus kepada jemaat Tesalonika] adalah untuk tidak melakukan aktivitas seksual apa pun di luar perkawinan.

https://www.gty.org/library/bibleqnas-library/QA0159

Bagikan: