Apakah Tuhan yang Menyebabkan Orang Kristen Menderita?

Roma 8:28

Rabu, 10 Januari 2024

John MacArthur

 

Berikut ini adalah kutipan dari Tafsiran Perjanjian Baru MacArthur mengenai Surat Roma 8.

Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28, PBTB2)

Bagi orang Kristen, ayat ini mungkin mengandung janji yang paling mulia dalam Kitab Suci. Signifikansinya sangat menakjubkan, mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan orang beriman.

Kita tahu sekarang” (8:28a). Dalam konteks dari berbagai kebenaran yang terkandung dalam Surat Roma 8, tiga kata sederhana ini mengungkapkan kepastian mutlak mengenai jaminan keamanan yang kekal dalam Roh Kudus bagi orang Kristen. Paulus tidak mengungkapkan intuisi atau pendapat pribadinya, tetapi memaparkan kebenaran Firman Tuhan yang tidak pernah ada salahnya. Bukan Paulus sebagai manusia, melainkan Paulus sebagai rasul dan saluran bagi pewahyuanNya Tuhan yang terus menyatakan kebenaran yang diterimanya dari Roh Kudus. Karena itu, dengan otoritasNya Tuhan sendiri, Paulus menyatakan (orang-orang yang beriman-percaya kepada Yesus Kristus) tanpa ada keraguan kita tahu kalau setiap aspek kehidupan kita berada di tangan Tuhan, dan akan dipergunakan secara ilahi oleh Tuhan tidak hanya untuk mewujudkan kemuliaanNya, tetapi juga untuk mengerjakan berkat yang terutama bagi kita.

Frasa kita tahu pada bagian ini mengandung makna dapat mengetahui. Tragisnya, banyak orang Kristen dalam sepanjang sejarah Gereja, termasuk banyak orang pada zaman kita saat ini, menolak untuk percaya bahwa Tuhan telah menjamin keamanan kekal bagi orang percaya. Penyangkalan seperti ini terkait dengan adanya keyakinan bahwa keselamatan adalah upaya kerja sama antara manusia dan Tuhan; dan meskipun Tuhan tidak akan pernah gagal melakukan bagianNya, manusia mungkin akan tetap merasa tidak aman terkait dengan bagiannya sendiri. Dengan percaya bahwa keselamatan hanya dianugerahkan oleh Tuhan yang berdaulat sajalah yang akan membawa [seseorang] untuk memiliki keyakinan penuh yaitu keselamatan itu aman terjamin karena Tuhan, yang memikul tanggung jawab tersebut, tidak dapat gagal. Di luar pertimbangan teologis tersebut, Paulus ingin mengatakan bahwa kebenaran mengenai jaminan bagi keamanan yang kekal diungkapkan dengan jelas oleh Tuhan kepada kita sehingga semua orang percaya dapat dengan pasti mengetahui penghiburan dan pengharapan dari kenyataan tersebut jika mereka percaya pada firmanNya. Anak Tuhan tidak perlu takut diusir dari rumah Bapa surgawinya, atau takut kehilangan kewarganegaraannya dalam Kerajaan kebenaranNya yang kekal.

Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (28:b). Tingkat jaminan keamanannya orang beriman tidak terbatas dan kepastiannya mutlak. Seperti halnya untuk setiap elemen jaminan keamanan dari orang beriman lainnya, Allah itu sendiri yang menjadi Penjaminnya. Dialah yang turut bekerja dalam segala sesuatu dalam kehidupan orang beriman supaya berakhir dengan berkat

Paulus menekankan bahwa Allah itu sendirilah yang mendatangkan kebaikan bagi umatNya. Janji yang luar biasa ini tidak diwujudkan melalui berbagai pernyataan yang bersifat impersonal, namun yang memerlukan tindakan ilahi untuk menggenapinya. Ketetapan Allah tentang jaminan keamanan sebenarnya dilaksanakan melalui karya [yang bersifat] langsung, pribadi, dan penuh anugerah dari Putra ilahiNya dan Roh Kudus-Nya. “Karena itu, Ia [Kristus] sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang melalui Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka” (Ibr. 7:25, PBTB2). Seperti yang baru saja dinyatakan Paulus, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri menyampaikan permohonan kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, memohon untuk orang-orang kudus” (Rom. 8:26–27, PBTB2).

Segala sesuatu benar-benar bersifat komprehensif; tidak memiliki kualifikasi atau batasan. Baik ayat ini maupun konteksnya tidak mengizinkan adanya pembatasan atau syarat-ketentuan apa pun. Segala sesuatu bersifat inklusif dalam arti yang semaksimal mungkin. Tidak ada sesuatu pun yang ada atau terjadi di surga atau di bumi yang “dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom. 8:39, PBTB2).

Paulus tidak mengatakan bahwa Allah mencegah anak-anakNya sampai mengalami berbagai hal yang dapat merugikan mereka. Ia justru membuktikan bahwa Tuhan menjadikan semua yang diizinkanNya terjadi pada anak-anakNya yang terkasih (bahkan dari berbagai hal yang terburuk sekalipun), pada akhirnya, mengubah semuanya itu menjadi berbagai berkat.

Tidak peduli bagaimana situasi kita, penderitaan kita, penganiayaan kita, kegagalan kita dalam dosa, kesakitan kita, kurangnya iman kita – dalam berbagai hal tersebut, dan juga dalam segala sesuatu yang lainnya, Bapa surgawi kita akan bekerja untuk menghasilkan kemenangan dan berkat yang terutama bagi kita. Konsekuensi dari kebenaran tersebut adalah pada akhirnya tidak ada yang dapat merugikan kita. Kerugian sementara apa pun yang kita derita akan digunakan oleh Tuhan demi keuntungan kita (lihat 2 Kor. 12:7–10). Segala sesuatu mencakup berbagai keadaan dan peristiwa yang baik dan bermanfaat, serta yang (pada hakikatnya) jahat dan merugikan.

 https://www.gty.org/library/bibleqnas-library/QA0156

Bagikan: