Matius 3:2
Jumat, 12 Januari 2024
John MacArthur
Berikut ini adalah kutipan dari Tafsiran Perjanjian Baru MacArthur mengenai Injil Matius 3.
Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!”(Matius 3:1-2, PBTB2)
Meskipun ungkapan persisnya tidak ditemukan di dalam Kitab Perjanjian Lama (PL), Kerajaan Surga pada dasarnya merupakan konsep PL. Daud menyatakan bahwa “TUHAN adalah Raja untuk seterusnya dan selama-lamanya” (Maz. 10:16, TB; lih. 29:10); bahwa kerajaanNya kekal dan pemerintahanNya “tetap melalui segala keturunan” (Maz. 145:13, TB). Daniel berbicara tentang “Allah semesta langit [yang] akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa” (Dan. 2:44, TB; lih. Yeh. 37:25); “KerajaanNya adalah kerajaan yang kekal” (Dan. 4:3, TB). Tuhan di surga adalah Raja di surga, dan Kerajaan Surga adalah Kerajaan Tuhan.
Matius menggunakan frasa Kerajaan Surga sebanyak tiga puluh dua kali, dan merupakan satu-satunya penulis Injil yang menggunakannya [istilah tersebut]. Tiga [penulis Injil] lainnya menggunakan [frasa] “Kerajaan Allah”. Ada kemungkinan bahwa Matius menggunakan Kerajaan Surga karena hal itu lebih mudah dimengerti oleh para pembacanya yang sebagian besar adalah orang Yahudi. Orang-orang Yahudi tidak akan menyebut nama Tuhan (Yahweh, atau Jehovah) dan sering kali menggantikannya dengan kata “surga” untuk menyebut Dia—seperti yang kita lakukan melalui ungkapan seperti “surga tersenyum padaku hari ini”.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara “Kerajaan Allah” dan “Kerajaan Surga”. Frasa yang satu menekankan mengenai Sang Penguasa dari kerajaan yang berdaulat tersebut, dan frasa yang satunya lagi menekankan mengenai kerajaan itu sendiri. Namun, keduanya merujuk pada kerajaan yang sama. Matius 19:23–24 menegaskan kesetaraan frasa tersebut dengan menggunakannya secara bergantian.
Kerajaan itu mempunyai dua aspek, yaitu aspek yang terlihat dan yang tidak terlihat. Kedua aspek tersebut dibahas dalam Injil. Aspek-aspek tersebut terlihat jelas ketika seseorang menelusuri Injil Matius. Dalam arti yang luas, kerajaan mencakup setiap orang yang mengaku telah mengenal Tuhan. Perumpamaan Yesus tentang si penabur melambangkan kerajaan yang mencakup orang-orang percaya yang sejati dan yang palsu (Mat. 13:3-23). Perumpamaan yang berikutnya (ay.24-30) mencakup gandum (orang-orang percaya yang sejati) dan lalang (orang-orang percaya yang palsu). Itulah kerajaan yang terlihat; yang bisa kita lihat tetapi yang tidak bisa kita menilai sendiri secara akurat karena kita tidak bisa mengetahui isi hatinya manusia.
Kerajaan lainnya adalah kerajaan yang tidak terlihat, yaitu kerajaan yang hanya mencakup orang-orang percaya yang sejati, yaitu hanya mereka yang (seperti yang diserukan Yohanes Pembaptis) bertobat dan berubah. Tuhan berkuasa terhadap kedua aspek dari kerajaan itu. Suatu hari kelak, Dia akan memisahkan hal-hal yang palsu dan sejati. Sementara ini, Dia mengizinkan orang-orang yang berpura-pura untuk mengidentifikasikan diri mereka secara lahiriah dengan KerajaanNya.
Pemerintahan Tuhan sebagai raja dalam hati manusia dan dunia dapat dianggap terdiri dari beberapa tahap. Yang pertama adalah mengenai kerajaan yang dinubuatkan, seperti yang dinubuatkan oleh Daniel. Fase kedua adalah kerajaan pada saat ini, yaitu kerajaan yang ada pada zaman Yohanes Pembaptis, yang disebutkannya. Kerajaan itulah yang dibicarakan oleh Yohanes dan Yesus sebagai sesuatu yang sudah dekat (lih. 4:17). Fase ketiga bisa disebut sebagai kerajaan yang bersifat sementara, yaitu kerajaan yang terbentuk karena penolakan bangsa Israel terhadap Rajanya. Sang Raja kembali ke surga dan KerajaanNya di bumi kini hanya ada dalam wujud misteri. Kristus adalah Tuhan atas bumi dalam arti bahwa Dia adalah Sang Pencipta dan Penguasa utama di bumi. Namun, pada saat ini, Dia belum sepenuhnya melaksanakan kehendak ilahiNya atas bumi. Bisa dikatakan, Dia secara sukarela berada dalam pengasingan di surga sampai tiba waktuNya untuk Dia kembali lagi. Dia hanya bertakhta di hati orang-orang yang mengenal Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan. Bagi mereka “Kerajaan Allah adalah… soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus” (Rom. 14:17, PBTB2).
Fase keempat dapat digambarkan sebagai kerajaan yang nyata, ketika Kristus akan memerintah secara fisik, langsung, dan sepenuhnya di bumi selama seribu tahun; Milenium. Dalam kerajaan itu, Dia akan memerintah baik secara eksternal maupun internal; secara eksternal atas seluruh umat manusia, dan secara internal di dalam hati orang-orang yang menjadi milikNya karena iman. Fase kelima, dan yang terakhir, adalah “Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” yang kepada semua umatNya “akan dikaruniakan hak penuh” (2 Pet. 1:11, PBTB2).
Seandainya umat Allah, bangsa Israel, menerima Sang Raja mereka ketika Dia pertama kali datang kepada mereka, maka tidak akan ada kerajaan yang bersifat sementara. Kerajaan yang sudah dekat tersebut akan menjadi Kerajaan Seribu Tahun dan yang kemudian akan menjadi Kerajaan Kekal. Namun, karena mereka membunuh si pembuka jalan bagi Sang Raja [Yohanes Pembaptis] dan kemudian Sang Raja [Yesus Kristus] itu sendiri, maka Kerajaan Seribu Tahun dan (sebagai akibatnya) Kerajaan Kekal ditunda berdasarkan kedaulatanNya Tuhan.