Ambisi

1 Tesalonika 4:11

Rabu, 24 Januari 2024

John MacArthur

 

Berikut ini adalah kutipan dari Tafsiran Perjanjian Baru MacArthur mengenai Surat 1 Tesalonika 4.

Dan anggaplah [jadikanlah] sebagai suatu kehormatan [ambisimu] untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka. (1 Tes. 4:11-12, PBTB2)

Meskipun ada urgensi yang besar terkait dengan kedatangan Tuhan yang sudah dekat, yang mendorong kesungguhan untuk mewartakan Injil selagi masih ada waktu, Rasul Paulus tidak memerintahkan jemaat Tesalonika untuk menjalani kehidupan penginjilan yang penuh keributan dan hiruk pikuk. Sebaliknya, sebagai hasil dari kesungguhan mereka untuk memiliki kasih persaudaraan, jadikanlah itu sebagai ambisi untuk hidup tenang.

Dalam frasa tersebut, Paulus menggunakan dua bentuk kata kerja dengan cara yang hampir bertentangan. Jadikanlah itu sebagai suatu ambisimu (dari philotimeomai) artinya bersemangat dan berusaha sekuat tenaga, bahkan menganggapnya sebagai suatu kehormatan (seperti dalam Rom. 15:20; 2 Kor. 5:9). Sementara itu, hidup tenang (dari hesuchazo) artinya diam (seperti dalam Luk. 14:4; Kis. 21:14), tidak mengucapkan kata-kata yang tidak pantas (lihat 1 Timotius 2:11–12); tetap santai dan tenang (seperti dalam Luk. 23:56). Untuk mengantisipasi kedatangan Tuhan kembali, orang-orang percaya harus menjalani kehidupan yang damai, bebas dari konflik dan permusuhan terhadap orang lain; dengan demikian akan menjadi kesaksian akan kuasa Injil yang mengubahkan.

Tujuan dari arahan Paulus itu, seperti ketika ia memerintahkan Timotius dan jemaat di Efesus untuk mendoakan mereka yang berwenang, adalah agar orang-orang percaya “dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan” (1 Tim. 2:2; lih. Yes. 30:15; 32:17; 2 Tes. 3:12).

Nasihat untuk mengurus urusan sendiri adalah hal yang umum dalam tulisan-tulisan Yunani sekuler, tetapi digunakan hanya pada bagian ini dalam Perjanjian Baru. Namun, tidak jelas apakah Paulus sedang berbicara kepada kelompok tertentu di antara jemaat Tesalonika, atau sedang membahas suatu masalah tertentu. Si rasul mungkin menggunakan ungkapan ini sebagai nasihat umum bagi jemaat Tesalonika untuk berkonsentrasi pada kehidupan mereka sendiri, mengurus pekerjaan mereka sendiri, dan tidak ikut campur dalam urusan orang lain.

Paulus memberikan nasihat lanjutan kepada mereka dalam 2 Tesalonika 3:11–12 (PBTB2): “… karena kami dengar bahwa ada orang di antara kamu yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Orang-orang yang demikian kami peringatkan dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.” Mereka yang tidak mengurus urusan mereka sendiri akan “sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna” ( periergazomai , “membuang-buang tenaga”), turut ikut campur sana sini dalam urusan semua orang.

Penangkal Paulus terhadap perilaku yang tidak bijaksana dan disiplin tersebut adalah dengan [menyerukan] jemaat Tesalonika untuk bekerja dengan tekun dan setia dalam pekerjaan mereka (lih. Ams. 27:23–27; Gal. 6:5; Ef. 4:28; 6:5–7; Kol 3:22–24; 1 Tim. 6:1–2), dengan menjauhi urusan orang lain, menjalani kehidupan yang tenang, tidak mengganggu mereka yang melayani sesama orang percaya, dan memuliakan Tuhan di hadapan orang yang tidak percaya.

Tujuan yang mendasari nasihatnya Paulus mengenai pekerjaan dan yang memotivasi semua perintah lainnya—untuk mengasihi, hidup dengan tenang, dan mengurus persoalan mereka sendiri—terkait dengan penginjilan supaya jemaat Tesalonika akan hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar. Baginya, kunci penginjilan adalah integritas yang ditunjukkan orang Kristen kepada dunia yang penuh dosa, kebingungan, dan kegelisahan ini (lih. Ayub 2:3; Maz. 26:1; Mat. 5:16; Fil. 2:15–16; 1 Pet. 2:12). Ketika orang-orang percaya menunjukkan [adanya] sikap dan kebiasaan bekerja dengan tekun, menjalani hidup dengan sikap yang penuh kasih dan ketenangan yang menghormati privasi orang lain, tidak mengganggu atau bergosip [tentang orang lain], maka semuanya ini merupakan kesaksian yang kuat bagi orang-orang yang tidak percaya, dan menjadikan Injil kredibel dan dapat dipercaya.

https://www.gty.org/library/bibleqnas-library/QA0168

Bagikan: