Kolose 2:16–17
Kamis, 25 Januari 2024
John MacArthur
Berikut ini adalah kutipan dari Tafsiran Perjanjian Baru MacArthur mengenai Surat Kolose 2.
Karena itu, jangan biarkan orang menghakimi kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedangkan wujudnya ialah Kristus. (Kolose 2:16–17, PBTB2)
Legalisme adalah agama yang berlandaskan pencapaian manusia. Agama jenis ini berpendapat bahwa spiritualitas itu dilandasi [oleh iman kepercayaan] pada Kristus dan [perlu] ditambah dengan amal ibadah manusia. Hal ini membuat adanya keserupaan dengan berbagai aturan yang dibuat manusia sebagai ukuran spiritualitas. Akan tetapi, orang-orang percaya sudah sempurna di dalam Kristus karena [mereka] telah dianugerahi keselamatan, pengampunan, dan kemenangan yang sempurna. Karena itu, Paulus berkata kepada jemaat Kolose, jangan biarkan orang menghakimimu. Jangan korbankan kebebasan/kemerdekaan kamu di dalam Kristus demi [mematuhi] seperangkat aturan buatan manusia. Mengingat “tujuan akhir hukum Taurat adalah Kristus, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya” (Rom. 10:4, PBTB2), maka terjerat kembali dalam sistem yang legalistik adalah [suatu hal yang] sia-sia dan berbahaya. Paulus mengingatkan jemaat Galatia, yang juga tertipu oleh legalisme, bahwa “… Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu, berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan” (Gal. 5:1, PBTB2).
Legalisme tidak ada gunanya karena tidak bisa mengekang kedagingan. Hal ini juga sangat menipu karena umat Kristen (atau bahkan bagi non-Kristen) yang dalam hatinya [sebenarnya sedang] memberontak dan tidak taat, [tetapi mereka] dapat tampak saleh melalui serangkaian standar kinerja atau upacara ritual yang bersifat eksternal.
Bahwa orang Kristen tidak sampai terintimidasi oleh legalisme selalu menjadi kepedulian Paulus. Dia memerintahkan Titus untuk tidak memperhatikan “dongeng-dongeng Yahudi dan perintah-perintah manusia yang berpaling dari kebenaran” karena “bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatu pun tidak ada yang suci, karena baik akal budi maupun suara hati mereka najis” (Tit. 1:14–15, PBTB2). Roma 14–15 dan 1 Korintus 8–10 juga membahas mengenai kemerdekaan orang Kristen. Satu-satunya alasan yang sah untuk membatasi kemerdekaan tersebut hanyalah ketika untuk melindungi saudara atau saudari Kristen yang lebih lemah [rohaninya].
Para guru palsu itu mengatakan kepada jemaat Kolose bahwa beriman dan percaya pada Kristus saja tidak memadai, tetapi mereka juga perlu menaati hukum upacara ritual orang Yahudi. Larangan dari para guru palsu mengenai makanan dan minuman mungkin dilandasi oleh hukum mengenai [haram tidaknya] makanan dalam Perjanjian Lama/PL (lih. Ima. 11). Hukum-hukum tersebut diberikan untuk menandai bangsa Israel sebagai umat Tuhan yang dibedakan [dari bangsa lainnya], dan untuk mencegah mereka berbaur dengan bangsa-bangsa di sekitarnya.
Karena umat Kolose berada di bawah Perjanjian Baru (PB), maka hukum mengenai makanan dalam PL tidak lagi berlaku. Yesus membuat hal tersebut jelas adanya (lih. Mar. 7:14–19).
Paulus mengingatkan jemaat di Roma bahwa “… Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus” (Rom. 14:17, PBTB2). Bahwa hukum mengenai makanan tidak lagi berlaku, diilustrasikan melalui visi [yang diberikan] bagi Petrus (Kis. 10:9–16), dan yang secara resmi disahkan oleh Dewan Yerusalem (Kis. 15:28–29).
Hari raya [merujuk pada] salah satu perayaan tahunan orang Yahudi, seperti Paskah, Pentakosta, Hari Raya Pondok Daun, atau Hari Raya Penahbisan Bait Allah [Hanukkah, Yoh. 10:22] (lih. Ima. 23). Berbagai binatang kurban juga dipersembahkan pada bulan baru, atau pada hari pertama dalam setiap bulan (Bil. 28:11–14).
Bertentangan dengan klaim sebagian orang pada saat ini, orang Kristen tidak diharuskan beribadah pada hari Sabat. Hari Sabat, seperti hari-hari suci dalam PL lainnya yang disebutkan Paulus, tidak lagi mengikat [orang Kristen] dalam zaman Perjanjian Baru ini. Ada bukti yang meyakinkan mengenai hal ini dalam Kitab Suci.