Pentakosta… Setiap hari Minggu?

Kisah Para Rasul 2:1-4

Senin, 22 Januari 2024

John MacArthur

 

Berikut ini adalah kutipan dari Tafsiran Perjanjian Baru MacArthur mengenai Kisah Para Rasul 2.

Ketika tiba hari Pentakosta, mereka semua berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba terdengarlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.  Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan. (Kis. 2:1–4, PBTB2)

Menurut Paulus, peristiwa kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus tidak terjadi secara diam-diam (Kis. 26:26), tetapi terjadi secara terbuka di hadapan semua orang. Hal yang sama juga berlaku pada kelahiran Gereja. Gereja tidak dimulai dengan cara yang tidak jelas di suatu tempat yang terpencil. Sebaliknya, Gereja lahir dari peristiwa yang mengejutkan dan dramatis di jantung kota Yerusalem.

Kedatangan hari Pentakosta terjadi pada saat orang- orang percaya berkumpul di satu tempat, yang pastinya merupakan ruang atas yang dijelaskan dalam 1:13. Ruangan itu terletak tepat di dalam Gerbang Timur, mungkin di sekitar Bait Allah. Tidak ada alasan untuk membatasi semuanya itu hanya kepada kedua belas rasul. Ini mencakup keseluruhan dari 120 orang percaya yang berkumpul di situ (1:15).

Pada hari Pentakosta itulah jadwal kedaulatan Tuhan untuk memanggil Roh Kudus turun. Patut dicatat bahwa Roh tidak dibujuk untuk datang karena orang-orang percaya berdoa, menunggu, atau memenuhi persyaratan rohani tertentu. Catatan Lukas hanya merujuk pada kedaulatan waktuNya Tuhan sebagai pemicu turunnya Roh.

Lukas menggambarkan peristiwa yang dirancang secara berdaulat ini dengan membawa kita ke ruang atas, yaitu tempat orang-orang percaya berkumpul. Tiba-tiba terdengarlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras. Penggunaan kata tiba-tiba oleh Lukas menekankan adanya unsur kejutan. Meskipun orang-orang percaya mengetahui kedatangan Roh Kudus sudah dekat (lih. 1:5), mereka tetap terkejut. Hal yang sama juga berlaku ketika Tuhan kembali ke bumi. Orang-orang beriman akan mengetahui dari berbagai tanda bahwa kedatanganNya sudah dekat. Namun, Dia akan tetap datang secara tak terduga, seperti halnya seorang pencuri di malam hari (1 Tes. 5:2; lih. Mat. 24:44). Mereka yang berkumpul di ruang atas tidak menyangka akan tanda-tanda dramatis yang menyertai kedatanganNya Roh.

Dengan menggambarkan adanya bunyi  yang berasal dari langit, Lukas menekankan bahwa ini adalah tindakan yang supernatural/adikodrati. Bahwa peristiwa itu bukanlah fenomena cuaca, suatu tiupan angin keras secara fisik adalah bukti dari istilah yang digunakan [Lukas], yaitu kata seperti. Aktivitas supernatural Tuhan benar-benar berada di luar pemahamannya manusia sehingga para penulis Alkitab harus menggunakan suatu perbandingan untuk menggambarkan manifestasiNya kepada manusia (lih. Yeh. 43:2; Why. 1:15).

Baik dalam bahasa Ibrani maupun Yunani, kata untuk “angin” dan “roh” adalah sama. Angin sering digunakan sebagai gambaran Roh (lih. Yeh. 37:9 dst.; Yoh. 3:8). Meskipun suara angin surgawi tersebut menarik perhatian orang banyak yang sedang berkumpul, kehadiran Roh hanya memenuhi seluruh rumah di mana orang-orang percaya sedang duduk. Hanya mereka sajalah yang menerima baptisan Roh yang dijanjikan (Kis. 1:4–5; 11:15–17). Bahwa mereka sedang duduk memberikan bukti lebih lanjut bahwa mereka tidak sedang berdoa memohon kedatanganNya Roh. Berdiri dan berlutut adalah posisi berdoa.

Setelah manifestasi pendengaran akan kedatangan Roh Kudus, maka muncullah manifestasi visual (lih. Luk. 3:22). Tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Bahwa ini bukanlah nyala api secara harfiah, sama seperti angin yang menggerakkan udara, terlihat jelas dari penggunaan frasa seperti .

Beberapa orang mencoba menghubungkan api di sini dengan api yang dinyatakan dalam Injil Matius 3:11. Namun, sebagaimana ditunjukkan oleh konteks ayat itu, api yang dimaksud [dalam Matius 3:11] adalah api penghakiman kekal (lih. Mat. 3:12). Bahwa lidah-lidah…[yang] hinggap pada mereka masing-masing menunjukkan bahwa semua yang hadir pada saat itu ikut menerima Roh. Ini adalah karya Tuhan yang seragam dan berdaulat secara kolektif, bukan sesuatu yang dicari secara individu. Pada titik ini, melalui baptisan dengan Roh, mereka semua dijadikan satu tubuh rohani—yaitu Tubuh Kristus.

Perihal dipenuhi dengan Roh harus dibedakan dengan dibaptis dengan Roh. Rasul Paulus dengan hati-hati mendefinisikan baptisan dengan Roh sebagai tindakan Kristus yang melalui [tindakan tersebut] Ia menempatkan orang-orang percaya ke dalam tubuhNya (Rom. 6:4-6; 1 Kor. 12:13; Gal. 3:27). Berbeda dengan banyak pengajaran yang salah pada saat ini; Perjanjian Baru tidak memerintahkan orang percaya untuk mencari baptisan dengan Roh. Ini adalah tindakan Allah yang berdaulat, tunggal, dan tidak dapat diulangi, dan tidak lebih merupakan sebuah pengalaman dibandingkan pembenaran dan adopsi yang menyertainya. Meskipun beberapa orang secara keliru memandang baptisan dengan Roh sebagai inisiasi ke dalam kelompok elit spiritual, pandangan itu jauh dari benar. Tujuan baptisan dengan Roh bukanlah untuk memecah-belah Tubuh Kristus, melainkan untuk mempersatukannya. Sebagaimana Paulus menulis kepada jemaat di Korintus, melalui baptisan dengan Roh “kita semua… telah dibaptis menjadi satu tubuh” (1 Kor. 12:13; lih. Gal. 3:26–27; Efe. 4:4–6).

https://www.gty.org/library/bibleqnas-library/QA0164

Bagikan: